Rasa jati

Rasa jati (aksara Jawa: ꦫꦱꦗꦠꦶ; bahasa Indonesia: rasa yang sejati), dalam filsafat Jawa, adalah rasa yang paling halus dari manusia. Rasa jati dipahami bukan sebagai rasa yang didapat dari pancaindra ataupun hati, seperti rasa sakit atau rasa senang, melainkan rasa inti kehidupan (bahasa Jawa: rosing dumadi). Inti kehidupan sendiri dapat berupa pengetahuan tentang tujuan sejati manusia diturunkan ke bumi, atau penjiwaan dengan sungguh-sungguh mengenai hakikat kehidupan seorang manusia.[1] Rasa jati juga dapat dipahami sebagai suatu keadaan merasakan Tuhan dalam batin diri.[2]

Pengangkatan

  • Sumusuping Rasa Jati (bahasa Indonesia: merasuk rasa yang sejati) adalah semboyan Persis Surakarta yang disahkan pada 2021. Semboyan ini diangkat dari Serat Wedhatama karya Mangkunegaran IV.[3][4]

Lihat juga

  • Manunggaling kawula gusti

Catatan kaki

  1. ^ Susetya, Wawan (2019-10-28). Dharmaning Satriya. Elex Media Komputindo. ISBN 978-602-04-8011-4. 
  2. ^ Suhardi (2019-01-02). Manekung di Puncak Gunung: Jalan Keselamatan Kejawen. UGM PRESS. ISBN 978-602-386-305-1. 
  3. ^ "Arti Sumusuping Rasa Jati, Slogan Baru Persis Solo Era Kaesang Pangarep, Ini Harapan Manajemen". Tribunsumsel.com. Diakses tanggal 2021-10-13. 
  4. ^ auglandy, niko (2021-09-25). "Sumusuping Rasa Jati, Spirit Persis Solo dalam Balutan Jersey". Radar Solo. Diakses tanggal 2021-10-13. 
  • l
  • b
  • s
Filsafat Jawa
Diri dan Ketuhanan
  • Bhinneka Tunggal Ika
  • Hyang
  • Manunggaling kawula gusti
  • Mati sajroning urip
  • Ngudi kasampurnan
  • Rasa jati
  • Sangkan paraning dumadi
  • Sedulur papat
  • Suwung
  • Tombo ati
  • Tridaya
Kesusilaan
Keindahan
Kepemimpinan
Pengetahuan
Tokoh
Pustaka
Lain-lain